Manual pekerjaan campuran beraspal panas ini digunakan sebagai acuan operasional untuk pekerjaan campuran beraspal panas pada pekerjaan prasarana transportasi, terutama pada pekerjaan jalan. Manual ini dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman tentang pekerjaan campuran beraspal panas yang akan menghasilkan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan standar yang berlaku.
3.1 campuran beraspal panascampuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu tertentu.
3.2 aspal keras
aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya.
3.3 aspal cair
aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak
3.4 aspal emulsi
aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan dalam air.
3.5 aspal alam
aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal batu.
3.6 agregat
agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau meneral lainnya berupa hasil alam atau buatan.
3.7 produksi agregat
proses pemecahan batuan alam menjadi batu pecah dengan ukuran butir tertentu dan kemudian dipisahkan dalam beberapa kelompok ukuran butiran. Produksi agregat umumnya menggunakan alat pemecah batu yang dikenal dengan nama stone cusher.
3.8 rasio pengurangan (ratio of reduction)
Perbandingan antara ukuran batuan yang masuk dengan yang keluar dari alat pemecah batu, misalnya 4 : 1, artinya jika ukuran batuan yang masuk ke alat pemecah batu adalah 48 mm maka hasil pemecahannya adalah agregat berukuran 12 mm.
3.9 pemasok (feeder) pada unit produksi agregat
sistem pemasok batuan ke alat pemecah batu (stone crusher). Feeder mempunyai fungsi sebagai pengatur, penerima dan pemisah bahan baku sebelum masuk ke alat pemecah batu.
3.10 conveyor
ban berjalan yang terbuat dari karet dan berfungsi untuk memindahkan material.
3.11 Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)
merupakan formula yang dipakai sebagai acuan untuk pembuatan campuran. Formula tersebut harus sesuai dan memenuhi persyaratan. Proses pembuatannya telah melalui beberapa tahapan yaitu dari mulai rancangan formula kerja, kemudian uji pencampuran di unit pencampur aspal, uji penghamparan dan pemadatan di lapangan.
3.12 kurva fuller
kurva gradasi dimana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat (VIM) yang minimum.
3.13 titik kontrol gradasi
batas-batas titik minimum dan maksimum untuk masing-masing gradasi yang digunakan. Gradasi agregat harus berada diantara titik kontrol tersebut.
3.14 zona terbatas
suatu zona yang terletak pada garis kepadatan maksimum (kurva fuller) antara ukuran menengah 2,36 mm (No. 8) atau 4,75 mm (No. 4) dan ukuran 300 mikron (No. 50). Gradasi agregat diharapkan menghindari daerah ini.
3.15 rongga di antara mineral agregat (VMA)
volume rongga yang terdapat diantara partikel agregat pada suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar aspal efektip, yang dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji. Volume agregat dihitung dari berat jenis bulk (bukan berat jenis efektip atau berat jenis nyata).
3.16 rongga udara (VIM)
volume total udara yang berada diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dengan persen volume bulk suatu campuran.
3.17 rongga terisi aspal (VFA atau VFB)
bagian dari rongga yang berada di antara miniral agregat (VMA) yang terisi oleh aspal efektip, dinyatakan dalam persen.
3.18 AMP
Unit Pencampur Aspal (Aspal Mixing Plant), merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.
3.1 campuran beraspal panascampuran yang terdiri dari kombinasi agregat yang dicampur dengan aspal. Pencampuran dilakukan sedemikian rupa sehingga permukaan agregat terselimuti aspal dengan seragam. Untuk mengeringkan agregat dan memperoleh kekentalan aspal yang mencukupi dalam mencampur dan mengerjakannya, maka kedua-duanya harus dipanaskan masing-masing pada suhu tertentu.
3.2 aspal keras
aspal keras merupakan aspal hasil destilasi yang bersifat viskoelastis sehingga akan melunak dan mencair bila mendapat cukup pemanasan dan sebaliknya.
3.3 aspal cair
aspal cair merupakan aspal hasil dari pelarutan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak
3.4 aspal emulsi
aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal padat dipisahkan dan didispersikan dalam air.
3.5 aspal alam
aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal alam dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, yaitu aspal danau dan aspal batu.
3.6 agregat
agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau meneral lainnya berupa hasil alam atau buatan.
3.7 produksi agregat
proses pemecahan batuan alam menjadi batu pecah dengan ukuran butir tertentu dan kemudian dipisahkan dalam beberapa kelompok ukuran butiran. Produksi agregat umumnya menggunakan alat pemecah batu yang dikenal dengan nama stone cusher.
3.8 rasio pengurangan (ratio of reduction)
Perbandingan antara ukuran batuan yang masuk dengan yang keluar dari alat pemecah batu, misalnya 4 : 1, artinya jika ukuran batuan yang masuk ke alat pemecah batu adalah 48 mm maka hasil pemecahannya adalah agregat berukuran 12 mm.
3.9 pemasok (feeder) pada unit produksi agregat
sistem pemasok batuan ke alat pemecah batu (stone crusher). Feeder mempunyai fungsi sebagai pengatur, penerima dan pemisah bahan baku sebelum masuk ke alat pemecah batu.
3.10 conveyor
ban berjalan yang terbuat dari karet dan berfungsi untuk memindahkan material.
3.11 Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula, JMF)
merupakan formula yang dipakai sebagai acuan untuk pembuatan campuran. Formula tersebut harus sesuai dan memenuhi persyaratan. Proses pembuatannya telah melalui beberapa tahapan yaitu dari mulai rancangan formula kerja, kemudian uji pencampuran di unit pencampur aspal, uji penghamparan dan pemadatan di lapangan.
3.12 kurva fuller
kurva gradasi dimana kondisi campuran memiliki kepadatan maksimum dengan rongga diantara mineral agregat (VIM) yang minimum.
3.13 titik kontrol gradasi
batas-batas titik minimum dan maksimum untuk masing-masing gradasi yang digunakan. Gradasi agregat harus berada diantara titik kontrol tersebut.
3.14 zona terbatas
suatu zona yang terletak pada garis kepadatan maksimum (kurva fuller) antara ukuran menengah 2,36 mm (No. 8) atau 4,75 mm (No. 4) dan ukuran 300 mikron (No. 50). Gradasi agregat diharapkan menghindari daerah ini.
3.15 rongga di antara mineral agregat (VMA)
volume rongga yang terdapat diantara partikel agregat pada suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar aspal efektip, yang dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji. Volume agregat dihitung dari berat jenis bulk (bukan berat jenis efektip atau berat jenis nyata).
3.16 rongga udara (VIM)
volume total udara yang berada diantara partikel agregat yang terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dengan persen volume bulk suatu campuran.
3.17 rongga terisi aspal (VFA atau VFB)
bagian dari rongga yang berada di antara miniral agregat (VMA) yang terisi oleh aspal efektip, dinyatakan dalam persen.
3.18 AMP
Unit Pencampur Aspal (Aspal Mixing Plant), merupakan satu unit alat yang memproduksi campuran beraspal panas.
3.19 bin dingin (cold bins)
tempat penampung agregat dingin sesuai kelompok ukuran butirnya, biasanya berjumlah 4 atau lebih.
3.20 pemasok (feeder) pada AMP
sistem pemasok agregat dari bin dingin (cold bins) ke drum pengering (dryer).
3.21 pengering (dryer)
drum pengering, alat pengering yang menggunakan pembakaran untuk mengeringkan agregat.
tempat penampung agregat dingin sesuai kelompok ukuran butirnya, biasanya berjumlah 4 atau lebih.
3.20 pemasok (feeder) pada AMP
sistem pemasok agregat dari bin dingin (cold bins) ke drum pengering (dryer).
3.21 pengering (dryer)
drum pengering, alat pengering yang menggunakan pembakaran untuk mengeringkan agregat.
3.22 pengumpul debu (dust collector)
alat pengumpul debu yang berfungsi sebagai alat kontrol polusi udara.
3.23 saringan panas (hot screen)
saringan atau ayakan panas, unit saringan yang menyaring agregat panas dan mengelompokkannya sesuai dengan ukuran butirnya.
alat pengumpul debu yang berfungsi sebagai alat kontrol polusi udara.
3.23 saringan panas (hot screen)
saringan atau ayakan panas, unit saringan yang menyaring agregat panas dan mengelompokkannya sesuai dengan ukuran butirnya.
3.24 bin panas (hot bins)
bin panas / bin agregat bergradasi, alat yang menampung agregat hasil penyaringan dari saringan panas (hot screen) sesuai dengan kelompok ukuran butirnya.
bin panas / bin agregat bergradasi, alat yang menampung agregat hasil penyaringan dari saringan panas (hot screen) sesuai dengan kelompok ukuran butirnya.
3.25 pencampur (pugmill atau mixer)
alat yang mencampur agregat dengan aspal. Setelah agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di pugmill.
3.26 finsher
Alat penghampar campuran beraspal yang mekanis dan bermesin sendiri
3.27 unit tractor
unit penggerak dari alat penghampar (finisher) yang terdiri dari mesin penggerak, roda karet atau roda tracks, push roller dan feeder
alat yang mencampur agregat dengan aspal. Setelah agregat ditimbang sesuai dengan proporsinya, maka agregat dan aspal dicampur di pugmill.
3.26 finsher
Alat penghampar campuran beraspal yang mekanis dan bermesin sendiri
3.27 unit tractor
unit penggerak dari alat penghampar (finisher) yang terdiri dari mesin penggerak, roda karet atau roda tracks, push roller dan feeder
3.28 tracks
roda dari alat penghampar yang berbentuk rantai baja
3.29 push roller
roda pendorong, roda yang berfungsi sebagai bidang kontak antara alat penghampar dengan roda truk, pada saat alat penghampar mendorong truk.
3.30 pemasok (feeder) pada alat penghampar
pemasok, sistem pemasok campuran beraspal ke unit screed, yang terdiri dari bak penampung (hopper), sayap-sayap (hopper wings) , ban berjalan (conveyor), pintu masukan pemasok ( hopper flow gates) dan ulir pembagi (augers)
3.31 unit screed
unit sepatu, unit penghampar dari alat penghampar (finisher), yang bagian utamanya terdiri dari pelat sepatu (screed plate), lengan sepatu (screed tow arms), pemanas sepatu (screed heaters), pemadat tumbuk (tamping bars) atau pemadat getar (vibrating).
3.32 screed plate
pelat sepatu, merupakan pelat yang berfungsi seperti setrika membentuk elevasi dan kemiringan melintang hamaparan.
3.33 lengan penarik sepatu (screed tow arms)
merupakan lengan horisontal yang berfungsi menahan dan menarik screed sehingga screed menggantung pada ujung lengan tersebut.
roda dari alat penghampar yang berbentuk rantai baja
3.29 push roller
roda pendorong, roda yang berfungsi sebagai bidang kontak antara alat penghampar dengan roda truk, pada saat alat penghampar mendorong truk.
3.30 pemasok (feeder) pada alat penghampar
pemasok, sistem pemasok campuran beraspal ke unit screed, yang terdiri dari bak penampung (hopper), sayap-sayap (hopper wings) , ban berjalan (conveyor), pintu masukan pemasok ( hopper flow gates) dan ulir pembagi (augers)
3.31 unit screed
unit sepatu, unit penghampar dari alat penghampar (finisher), yang bagian utamanya terdiri dari pelat sepatu (screed plate), lengan sepatu (screed tow arms), pemanas sepatu (screed heaters), pemadat tumbuk (tamping bars) atau pemadat getar (vibrating).
3.32 screed plate
pelat sepatu, merupakan pelat yang berfungsi seperti setrika membentuk elevasi dan kemiringan melintang hamaparan.
3.33 lengan penarik sepatu (screed tow arms)
merupakan lengan horisontal yang berfungsi menahan dan menarik screed sehingga screed menggantung pada ujung lengan tersebut.
3.34 pemanas screed (screed heaters)
pemanas pelat screed yang berfungsi memanaskan pelat screed pada awal operasi penghamparan.
3.35 screed strike-offs
alat yang diletakkan pada ujung depan pelat screed yang berfungsi mengontorl kuantitas material yang melewati depan screed dan mengurangi keausan pelat screed.
3.36 cut-off shoes
sepatu pemotong, pelat yang digunakan untuk mengurangi lebar penghamparan
3.37 angle of attacks
sudut gesek atau sudut yang dibentuk oleh pelat screed dengan bidang horisontal.
3.38 pemadatan awal (breakdown rolling)
pemadatan awal, pemadatan pertama yang dilakukan setelah penghamparan campuran beraspal panas. Jumlah lintasan pada pemadatan awal berkisar 1 sampai 3 lintasan. Alat yang digunakan umumnya mesin gilas roda baja statis.
3.39 pemadatan antara (intermediate rolling)
pemadatan antara, pemadatan yang dilakukan setelah pemadatan awal selesai. Jumlah lintasan pada pemadatan antara berkisar 8 sampai 16 lintasan. Alat yang digunakan umumnya alat pemadat roda pneumatik
3.40 pemadatan akhir (finish rolling)
pemadatan akhir, pemadatan yang+ dilakukan setelah pemadatan antara dan merupakan pemadatan terakhir. Jumlah lintasan umumnya berkisar 1 sampai 3 lintasan dan alat yang digunakan umumnya mesin gilas roda baja statis.
3.41 lintasan (passing)
pergerakan alat pemadat dari satu titik ke tempat tertentu dan kemudian kembali lagi ketitik awal pergerakan, disebut 1 kali lintasan.
pemadatan awal, pemadatan pertama yang dilakukan setelah penghamparan campuran beraspal panas. Jumlah lintasan pada pemadatan awal berkisar 1 sampai 3 lintasan. Alat yang digunakan umumnya mesin gilas roda baja statis.
3.39 pemadatan antara (intermediate rolling)
pemadatan antara, pemadatan yang dilakukan setelah pemadatan awal selesai. Jumlah lintasan pada pemadatan antara berkisar 8 sampai 16 lintasan. Alat yang digunakan umumnya alat pemadat roda pneumatik
3.40 pemadatan akhir (finish rolling)
pemadatan akhir, pemadatan yang+ dilakukan setelah pemadatan antara dan merupakan pemadatan terakhir. Jumlah lintasan umumnya berkisar 1 sampai 3 lintasan dan alat yang digunakan umumnya mesin gilas roda baja statis.
3.41 lintasan (passing)
pergerakan alat pemadat dari satu titik ke tempat tertentu dan kemudian kembali lagi ketitik awal pergerakan, disebut 1 kali lintasan.